suku Manggarai |
Suku Manggarai sendiri terdiri dari bermacam-macam suku kecil (sub-suku)
dan klan-klan yang memiliki bahasa dan dialek masing-masing, serta
adat-istiadat yang unik. Selain itu masing-masing suku-suku kecil juga
memiliki rumah tradisional, upacara adat dan pakaian adat sendiri.
Masyarakat suku Manggarai mayoritas adalah pemeluk agama Kristen
Katolik. Namun beberapa acara tradisional yang mengandung unsur animisme
masih tetap dilakukan, tapi beberapa sudah disesuaikan dengan ajaran
agama Kristen Katolik.
Suku Manggarai memiliki sederet upacara ritual sebagai ucapan syukur
atas kehidupan yang sudah dijalani dalam periode waktu tertentu. Seluruh
rangkaian prosesi dilakukan demi menjaga ketenangan batin dan
keharmonisan antarwarga Manggarai.
Salah satunya adalah ritual adat Penti, yaitu suatu Upacara Adat merayakan syukuran atas hasil panen yang dirayakan bersama-sama oleh seluruh warga desa. Bahkan ajang prosesi serupa juga dijadikan momentum reuni keluarga yang berasal dari suku Manggarai.
Ritual Penti bukan satu-satunya ritual yang kerap dilakukan masyarakat suku Manggarai. Sebab masih ada Caci, olah raga tradisional yang dijadikan tradisi ritual menempa diri. Pentas kolosal pemuda setempat itu diyakini bisa terus menjaga jiwa sportivitas. Maklum, olah raga yang dilakukan tak lain dari pertarungan saling pukul dan tangkis dengan menggunakan pecut dan tameng. Pertarungan antardua pemuda tersebut selalu dipenuhi penonton dalam setiap pergelaran di lapangan rumput Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai.
Salah satunya adalah ritual adat Penti, yaitu suatu Upacara Adat merayakan syukuran atas hasil panen yang dirayakan bersama-sama oleh seluruh warga desa. Bahkan ajang prosesi serupa juga dijadikan momentum reuni keluarga yang berasal dari suku Manggarai.
Ritual Penti bukan satu-satunya ritual yang kerap dilakukan masyarakat suku Manggarai. Sebab masih ada Caci, olah raga tradisional yang dijadikan tradisi ritual menempa diri. Pentas kolosal pemuda setempat itu diyakini bisa terus menjaga jiwa sportivitas. Maklum, olah raga yang dilakukan tak lain dari pertarungan saling pukul dan tangkis dengan menggunakan pecut dan tameng. Pertarungan antardua pemuda tersebut selalu dipenuhi penonton dalam setiap pergelaran di lapangan rumput Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar