Kamis, 23 April 2015

Transportasi Masyarakat Suku Manggarai

Menjelajahi Belantara Manggarai Dengan Oto Kol

Daerah Flores Manggarai adalah daerah yang mempunyai medan jalan yang berat karena itu warga Suku Manggarai mempunyai transportasi kendaaran andalan yaitu Oto Kol. Suara musik terdengar semakin keras, ketika truk itu mendekat. Suara itu berasal dari dua buah speaker yang dipasang di bagian depan bak truk. Tidak seperti truk lain, truk itu memiliki bak yang sudah dimodifikasi dengan menambahkan atap dan beberapa baris bangku kayu dengan sandaran sebagai tempat duduk. Di Flores, truk semacam itu dinamakan bus kayu atau Oto Kol ( kata berasal dari jenis truk “Colt Diesel”). Oto Kol memang ditujukan sebagai angkutan umum untuk mengangkut masyarakat pedesaan. Jenis kendaraan ini sangat cocok digunakan untuk menjelajahi medan Flores yang merupakan daerah pegunungan dengan infrastuktur yang masih minim.

13806187441365658640
Oto Kol, angkutan segala medan
Manggarai Timur, salah satu kabupaten di pulau Flores yang terbilang masih muda. Di kabupaten yang baru terbentuk pada 2007 itu, kondisi infrastrukturnya dapat dikatakan masih belum memadai. Jalan “raya” menuju suatu kota kecamatan saja berupa jalan aspal rusak (parah) dengan lebar tak lebih dari 4 meter. Untuk jalan menuju pedesaan, berupa jalan makadam atau hanya jalan tanah dengan bebatuan yang disusun seadanya. Untuk medan yang kata orang sana “setengah mati” ini hanya dapat dilalui kendaraan gardan ganda. Truk atau Oto Kol merupakan pilihan terbaik untuk transportasi massal di daerah ini.

13806188511389577962
jalan terjal dan sempit yang harus dilalui Oto Kol

Mulai dari pagi buta hingga malam, Oto Kol mengangkut pelanggan setianya. Jam 3 pagi, Oto Kol sudah keluar kandang untuk menjemput penumpang. Hal itu dilakukan untuk melayani penumpang yang hendak ke pasar di kota terdekat. Tak jarang, sopir maupun kernetnya harus “menjemput paksa” penumpang dari rumahnya. Mereka harus menggedor pintu rumah calon penumpang yang sedang terlelap nyenyak. Dasar penumpang tak tahu diri! Padahal mereka sudah request untuk dijemput dan sudah diberitahu sebelumnya kalau Oto Kol akan datang sekitar jam 3 pagi. Untungnya bang sopir dan bang kernet pengertian, dengan sabar mereka menjemput dan menunggu penumpangnya (kisah nyata! Pengalaman pribadi).
Ketiadaan angkutan lain, membuat Oto Kol menjadi angkutan favorit di daerah ini. Dengan tarif yang relatif murah, Oto Kol siap mengantar penumpang meski harus melewati jalan raya (jalan aspal rusak parah, banyak lubang, sempit, berkelok, dengan jurang menganga di satu sisi dan tebing rawan longsor di sisi lainnya) maupun jalan tanah berbatu khas pegunungan Manggarai. Tarif sebesar itu terbilang efisien mengingat medan yang harus ditempuh. Oto Kol juga dapat menampung barang bawaan penumpang yang seabreg. Berdus-dus dan berkarung-karung (entah apa isinya, saya tidak cukup kepo untuk menanyakan benda yang ada di dalam karung itu) barang bawaan penumpang biasanya diletakkan di bagian depan.

1380619084270963422
Sementara penumpang lain duduk berjejal di bangku kayu, seorang pemuda duduk manis beralaskan kasur di atap Oto Kol.

Kebanyakan dari penumpangnya adalah warga desa yang secara rutin berangkat ke kota untuk berbagai macam keperluan. Maka tak heran jika para penumpang terlihat akrab karena mereka tak lain adalah tetangga sendiri dan bertemu lagi dalam satu bangku (lu lagi, lu lagi). Namun sepertinya Oto Kol bukanlah tempat yang nyaman untuk ngobrol dengan sesama penumpang selama di perjalanan. Musik yang disetel sangat keras lah alasannya. Mulai dari lagu ambon, dangdut koplo hingga hip-hop terdengar bergantian. Beberapa angkutan umum di Flores seperti angkot, travel dan bahkan becak memang “full musik”. Nampaknya, musik sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga Flores.

13806194002081921442
suasana di dalam Oto Kol

Tanpa penutup di bagian samping, hawa dingin disertai angin pegunungan dengan leluasa menyusup ke kulit menembus dua lapis pakaian yang saya pakai. Meski agak menggigil, musik yang disetel keras-keras dapat sedikit “menghangatkan” suasana.
Bukit-bukit terlihat memantulkan cahaya keemasan matahari pagi. Dingin pun sirna, berganti kehangatan yang mengiringi terbitnya sang surya. Keelokan bumi Manggarai mulai tersibak. Kabut tipis menggantung di atas lembah membiaskan cahaya mentari yang makin meninggi. Jajaran bukit hijau, serasi dengan birunya langit, dihiasi gradasi warna sinar matahari yang terbias di awan. Dedaunan terlihat segar bermandikan embun pagi. Kicauan burung menyemarakkan pagi yang sunyi. Hanya dengan menumpang Oto Kol kita bisa secara leluasa menikmati keindahan alam dan merasakan sejuknya udara pegunungan Manggarai. 


1380619789696583241
kabut tipis menggantung di atas lembah
13806198571474586452
hijaunya pegunungan Manggarai

Bisa dikatakan Oto Kol merupakan angkutan perintis yang dapat menembus desa terpencil dengan akses jalan yang masih terbatas. Oto Kol juga menjadi pilihan utama warga untuk mengangkut hasil panen yang biasanya berupa biji kopi untuk dijual di kota. Namun, tak setiap hari Oto Kol bisa menjangkau desa terpencil. Jika hujan, sopir tidak berani membawa oto ke desa terpencil. Jalan terjal berbatu akan sangat licin jika diguyur hujan. Ditambah lagi tanah becek yang menutupi sebagian jalan. Biasanya, sopir akan menunggu sampai jalan dipastikan kering dan aman untuk dilalui. Diperlukan kemampuan khusus dan kehati-hatian yang tinggi dalam mengendarai Oto Kol di medan seperti itu.


13806202051684647953
bangkai truk teronggok di dasar jurang, tersamarkan rimbunnya semak-semak

Warga desa di pegunungan Manggarai sangat terbantu dengan angkutan umum macam ini. Mereka bisa jadi akan terisolasi jika tidak ada Oto Kol yang masuk ke desanya. Adanya Oto Kol mempermudah mobilitas warga yang berasal dari desa terpencil menuju ke kota maupun sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar